Selasa, 02 Desember 2008

Lapangan terbang ini berusia 34 tahun. Kita lihat usianya lebih tua tetapi sayangnya pesawat tidak mendarat, karena itu masyarakat Tanime sedang berusaha untuk direhapan lapangan terbang ini. Lapangan terbang ini, dibuka pada tahun 1974- 1975 oleh Misionaris (UFM) pimpinan Pdt Deap Colle berasal dari Ganada / Amerika. Pada waktu itu jumlah masyarakat Tanime sekitar 28000 jiwa, maka misionaris tersebut berusaha membuka lapter, masyarakat Tanime bekerja sekitar 355 meter dalam waktu singkat 2 bulan kemudian pesawat maaf telah mendarat sebanyak 65 kali, kemudian berhenti. Penyebab terjadi keberhentinya pesawat MAF tersebut tadi ini, karena kembah bumi berkekuatan 5,7 didaerah Tanime, Bime, dan Eipomek, pada tahun 1976,77, pada waktu itu korban jiwa, dan harta bendanya hilang/abis, dengan peristiwa itulah pihak Misionaris dan Pemda Jayawijaya memindahkan atau mengungsikan ke Borme. Masyarakat Tanime, Bime, Eipomek selama 4 tahun tinggal di daerah Borme, pada saat itu pemerintah Jayawijaya dan pemerintah Propinsi Papua perhatikan makanan dan obot-obatan terhadap masyarakat tersebut. pada tahun 1978-2008 pesawat MAF tidak mendarat, karena peristiwa kembah bumi berkekuatan 5,7 yang telah terjadi pada tahun-tahun yang telah kami utarahkan di atas ini, faktor utama yang menjadi pengaruh besar ke aksesan pelayanan gereja, pendidikan, ekonomi masyarakat diwilayah ini tertinggal dan keterbelakangan. Mengingat fenomena yang telah kami sampaikan melalui laporan ini Bapak Kepala Dinas Kabupaten Pagunungan Bintang dapat diketahui, maka pemerintah Indonesia berikan kepercayaan kepada pemerintah Propinsi dan Kabupaten Kota untuk memperhatikan daerah-daerah pedalaman yang telah tertinggal dan keterbelakang perlu diperhatikan secara penuh.
Dengan tujuan permasalaan rehapan lapangan terbang ini, banyak gendala yang masyarakat desa Tanime hadapi adalah alat-alat kerja seperti sekop, lingkis, karung, pakuel,Gerobak, akhirnya masyarakat Tanime pergi pinjam beberapa alat ditetanga pos eipomek dan bime seperti sekop, lingkis, pajul, dan sebagaian besar page alat-alat teradional yaitu kayu, noken dan sebagainya.
Masyarakat Tanime keinginan besar untuk kekota tetapi belum ada jalan yang bisa dapat ke kota sentani atau Wamena, maka mereka berusaha rehapan lapangan terbang secara swadaya walaupun alat-alat kerja kurang. Masyarakat ketengban lain mulai ke Kota, sedangkan masyarakat Tanime ini sudah tertinggal, jauh, sebenarnya masyarakat Tanime ingin merasahkan apa yang di rasahkan oleh desa-desa yang lain. Dengan pertimbangan ini masyarakat Tanime berpikir bahwa salah satu jalan untuk mengikuti perkembangan Kota adalah melalui lapangan terbang atau melalui pesawat udara, maka masyarakat Tanime mengadakan rahapan lapangan terbang sebagai berikut ini. Masyarakat Tanime menjadi sasaran dalam rehapan lapangan terbang ini, karena masyarakat Bime dan eipomek mereka bisa pergi ke kota sentani dan Wamena tetapi masyarakat Tanime belum pernah ke kota,maka masyarakat berusaha direap lapangan ini. Sedangkan kami mempunyai lapangan terbang tetapi kami belum pernah ke kota ada faktor apa pemikiran ini masyarakat Tanime menjadi sasaran untuk direhapan lapangan terbang tersebut.
Masyarakat Tanime berdoa untuk lapangan terbang ini, bisa mendarat kembali supaya kami bisa lihat perkembangan kota dan juga hasil bumi kami jual di kota, dengan pemikiran ini masyarakat berusaha direhapan lapter tersebut, maka masyarakat Tanimi berusaha mengajukan Proposal pada tahun 2006 melalui ibu Tina Kogoya sebagai wilayah pemilihan DPRD Kabupaten Pegunungan Bintang. Kemudian sidang paripurna DPRD Kabupaten Pegunungan Bintang pada Tahun 2007 telah di tetapkan tiga lapangan terbang diantaranya lapter tanime dan yang lain yaitu: 1. Lapangan Terbang Tanime. 2 Lapangan terbang Kameme. 3 Lapangan Terbang Okbab
Pada tahun 2008 bulan pertama di revisi Permohonan itu adalah Teryanus Salawala M.Si, diajukan Bupati Kabupaten Pegunungan Bintang kemudian di asese dan ditunjukan Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Pegunungan Bintang.Beberapa bulan kemudian mahasiswa pelajar famek dan Tanime berusaha cari dana untuk cek aut elikopter Misioner ternyata bulan maret 2008 telah terjawab.Pada waktu itu pernah cek lending pesawat Eli Mision adalah Bapak Jeremias sebagai Koordinator pesawat Eli mision dan Pesawat MAAF bersama Kepala Dinas Perhubungan Udara Kabupaten Pegunungan Bintang dan salah satu intelektual famek berangkat dari Wamene mendarat famek dan Tanime. Sebelum beberapa orang tersebut diatas turun beberapa titik, masyarakat Tanime dan famek tidak bekerja serius, dengan alasan jangan sampai pesawat tidak mendarat, pikiran ini menjadi alangan masyarakat bekerja tidak serius,kemudian Masyarakat bertemu dengan beberapa pimpinan tersebut diatas dan Kepala Dinas Kabupaten Pegunungan Bintang dan pilot bertemu langsung bertatap muka, dan pilot dan kepala Dinas perhubungan menyuruh masyarakat Tanime bahwa harus lapangan ini di kupas dalam waktu dekat, kalau saya datang ke dua kali tidak kerja bpesawat tidak mendarat.
Kemudian pimpinan tersebut kembali ke Wamena,beberapa bulan kemudian mahasiswa Famek dan Tanime menjari jalan keluar untuk cek aut yang kedua,masyarakat pada saat ini berusaha kerja

Tidak ada komentar: